Rabu, 22 Juli 2020

Erick Tohir pastikan Vaksin Covid-19 Siap Awal Tahun Depan

Erick Tohir pastikan Vaksin Covid-19 Siap Awal Tahun Depan

 

Sebuah pernyataan bernada optimis dikemukanan oleh Erick Tohir. Menteri BUMN yang juga merangkap sebagai Ketua Komite Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) tersebut optimis bahwa vaksin virus corona (Covid-19) yang tengah dikembangkan pemerintah lewat instansi terkait akan mulai beredar awal tahun depan atau 2021. Vaksin ini akan mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia. Namun demikian, Menteri yang juga pengusaha ini tetap menganjurkan masyarakat untuk selalu disiplin meerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

"Vaksin ini kita pastikan akan ada, tapi saya mohon masyarakat juga berdisiplin supaya tadi, kita bisa terus mengantisipasi. Biofarma juga akan memastikan, memproduksi obat untuk terapi kesembuhan, karena ditanya obatnya apa pasti kan belum ada. Tetapi terapi penyembuhan kita terus lakukan Insya Allah sesuai dengan komitmen dari pada pemerintah dan bapak Presiden, kita akan melakukan hal ini sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat semua," Kata Erick Tohir sebagaimana dirilis dari indozone.id.

Hal itu juga sesuai yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Bahkan Menteri yang pernah menjabat sebagai direktur RSPAD Gatot Subroto  ini sudah mulai menyiapkan personel untuk melakukan imunisasi ketika vaksin tersebut sudah tersedia dan memenuhi syarat untuk digunakan.

Senin, 15 Juni 2020

Bahaya Mahkota Dewa bagi Tubuh kita

Bahaya Mahkota Dewa bagi Tubuh kita

 


Salah satu obat herbal yang banyak menjadi pilihan saat ini adalah obat yang berasal dari tanaman Mahkota dewa.  Tanaman yang dipercaya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat khususnya di daerah pedesaan. Meskipun tiap bagian tanaman ini memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan, tetapi kita juga perlu waspada. Beberapa pakar kesehatan membeberkan bahwa biji mahkota dewa sebenarnya mengandung racun yang cukup berbahaya apabila dikonsumsi oleh kita. Berikut ini adalah fakta terkait berbahayanya Mahkota Dewa apabila dikonsumsi secara sembarangan

 

1.  Mahkota Dewa Mengandung racun yang berbahaya

Racun yang terkandung dalam biji buah tanaman ini bisa menyebabkan mabuk, kejang, mulut bengkak, sariawan, dan bahkan sampai pingsan, sehingga tidak disarankan dikonsumsi dalam bentuk segar.  Adapun cara yang bisa dilakukan untuk mengolah buah mahkota dewa yang disarankan adalah dikeringkan terlebih dahulu. Tindakan itu dilakukan sebagai upaya untuk membuang kandungan air dan juga berguna untuk mengurangi kadar racunnya.

 

2.  Konsumsi mahkota Dewa Sesuai dosis yang dianjurkan

Jika kita mengkonsumsi mahkota dewa untuk mengobati penyakit, perhatikan dosis dan jangka waktu pemakaian.  Konsumsi herbal ini dalam jumlah/ dosis dan besar dan jangka lama dapat mengakibatkan sakit kepala yang kronis bahkan bisa merusak organ tubuh penting yang lainnya.

 

3.  Wanita Haid dilarang mengkonsumsi buah Mahkota Dewa

Buah mahkota dewa ternyata juga tidak boleh dikonsumsi oleh wanita yang sedang haid karena akan memperhebat pendarahan dan menggerus dinding rahim.

 

4.  Mahkota Dewa berbahaya bagi ibu hamil

kandungan oksitosin dan sintosinon yang ada dalam Mahkota Dewa, ternyata dapat membahayakan kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Selain itu, kedua zat tersebut bisa merangsang kontraksi rahim pada saat proses kelahiran, sehingga apabila usia kandungan masih muda, dapat memengaruhi kesehatan janin bahkan bisa menyebabkan keguguran.

Rabu, 01 April 2020

Ternyata Pasien yangsudah bebas dari Virus Corona bisaTerpapar Lagi

Ternyata Pasien yang sudah bebas  dari Virus Corona bisa Terpapar Lagi

 

Selama ini, berbagai asumsi muncul terkait dengan pasien yang sudah sembuh dari paparan Virus  Covid apakah masih bisa tertular lagi oleh virus tersebut. Pada awalnya, banyak ahli yang mengatakan bahwa orang yang sudah negatif dari virus corona sudah memiliki antibodi sehingga tidak akan bisa dihinggapi virus itu lagi.

Dan ternyata, berdasarkan fenomena yang terjadi di China, hampir 10% pasien yang sudah sebuh dari Corona dan mulai beraktivitas sebagaimana biasanya ternyata terpapar kembali oleh virus tersebut.  Kondisi tersebut juga dibenarkan oleh David Handojo Mulyo, seorang peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.  David menyatakan orang yang sembuh berpotensi kembali positif Covid-19 akibat terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Hal itu terjadi karena sisa virus yang tidak terdeteksi memicu terjadinya infeksi ulang.

David menambahkan Covid-19 seperti flu, dimana orang yang pernah terkena flu bisa terkena lagi di waktu yang berbeda. Virus corona baru yang menyebabkan pandemi global saat ini merupakan virus RNA (ribonucleic acid) yang kerap mengalami quasispecies, yaitu populasi berbeda dari induk yang sama akibat mutasi. Secara sederhana, David mencontohkan quasispecies adalah ketika 30 ribu induk virus RNA bisa memiliki banyak turunan berbeda.

Primer tes polymerase chain reaction (PCR) yang tidak diperbarui setiap pekan bisa menjadi salah satu penyebab orang yang sudah sembuh bisa kembali dianggap positif Covid-19. Mutasi yang cepat dari virus itu, menurutnya perlu diimbangi dengan pembaruan tes PCR yang digunakan untuk mengetes kasus positif Covid-19. Mutasi virus ini membuat primer RNA lama tidak mengalamai kecocokan. Sedangkan, ketika tes dengan primer baru mengalami kecocokan.

Agar orang yang telah sembuh tidak terpapar virus Corona lagi, david menyarakankan agar mereka beristirahat dulu untuk memulihkan imunitas yang ada dalam tubuh mereka. Sebagaimana diketahui, imunitas merupakan faktor penting untuk menyembuhkan infeksi Covid-19 di tengah belum tersedinya vaksin. 

Sabtu, 14 Maret 2020

Jahe Merah untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Jahe Merah untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

 

Berbagai penelitian memang menyebutkan umbi tanaman jahe merah memiliki fungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan sehingga dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dari serangan virus maupun bakteri. Jahe merah tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia, seperti di daerah Jawa, Sumatra dan Sulawesi.

Misalnya penelitian Swarnalatha Dugasani seperti dikutip dari ncbi.nlm.nih.gov, jahe merah mengandung unsur kimia gingerol dan shogaol yang terbukti memiliki kemampuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh supaya tidak terserang penyakit, bakteri dan virus berbahaya.

Selain berfungsi sebagai antioksidan, tanaman rimpang bernama latin Zingiber Officinale ini juga berfungsi sebagai antiemetic (antimuntah), antibakteri dan juga peradangan. Kadar gingerol pada jahe merah lebih tinggi dibanding jahe gajah yang ternyata paling sering digunakan masyarakat saat ini.

Kadar gingerol yang lebih tinggi, berat per rimpang yang lebih berat, dan kandungan minyak atsiri yang lebih banyak membuat jahe merah lebih efektif buat kesehatan masyarakat dibanding jahe gajah dan juga jahe emprit. (detik.com)

Senin, 24 Februari 2020

Virus Corona COVID-19 TernyataTidak Berasal dari Wuhan

Virus Corona COVID-19 Ternyata Tidak Berasal dari Wuhan

 

Jakarta - Sebelumnya, banyak yang meyakini virus corona COVID-19 berasal dari salah satu pasar seafood di Wuhan, China. Namun, setelah dilakukan penelitian genetik, peneliti mengatakan sumbernya bukan dari tempat tersebut.

Untuk membuktikannya, Xishuangbanna Tropical Botanical Garden dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok sudah menganalisis 93 sampel virus, yang berasal dari 12 negara. Hasil yang didapat, ternyata virus tersebut berasal dari tempat lain.

Dikutip dari NHK, virus tersebut diduga menyebar cepat ke hewan maupun manusia yang ada di pasar tersebut. Ini dibuktikan dari waktu saat banyak korban yang berjatuhan.

Peneliti menyimpulkan, virus COVID-19 sudah menyebar dalam dua periode, yaitu pada 8 Desember 2019 dan 6 Januari 2020. Sedangkan, untuk penularan pada antar manusia terjadi di akhir November atau awal Desember 2019.

Mereka juga mengatakan, jika peringatan penyebaran COVID-19 dilakukan lebih awal, wabah ini akan lebih mudah diatasi.

Sumber:

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4912834/teori-baru-virus-corona-covid-19-bukan-berasal-dari-pasar-seafood-wuhan

Wanita ini terkena Virus Corona tanpa Gejala dan Tularkan ke orang lain

Wanita ini terkena Virus Corona tanpa Gejala dan Tularkan ke orang lain

KOMPAS.com - Seorang wanita berusia 20 tahun dari Wuhan, positif terjangkit virus corona dan menularkannya ke anggota keluarga tanpa menunjukkan tanda-tanda gejala infeksi seperti demam, batuk, atau gejala lainnya. Melansir Science Alert, Senin (24/2/2020), wanita yang tinggal di Wuhan ini melakukan perjalanan menuju Anyang pada 10 Januari lalu. Kemudian, dia dan kelima anggota keluarganya menjenguk seorang pasien di rumah sakit Anyang. Namun, pasien ini bukan pasien dengan infeksi virus corona. Seminggu kemudian, salah satu anggota keluarganya mengalami demam dan sakit tenggorokan. Disusul empat anggota keluarga lainnya yang juga mengalami demam dan gangguan pernapasan.

Seluruh anggota keluarga dibawa ke rumah sakit pada 26 Januari dan terbukti positif terinfeksi virus corona. Satu-satunya yang tidak terinfeksi hanyalah wanita Wuhan tersebut. Dokter melakukan uji laboratorium, hingga CT scan kepada wanita 20 tahun itu dan hasilnya tetap normal. Namun hari berikutnya, dia positif terinfeksi virus corona meskipun sama sekali tidak menunjukkan gejala seperti demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Hal ini membuktikan, penyebaran virus corona dapat dilakukan oleh orang yang sama sekali tidak menunjukkan gejala terinfeksi. Ilmuwan melakukan isolasi dan mengobservasi wanita itu di Fifth People's Hospital di Anyang. Dokter mengungkapkan masa inkubasi wanita tersebut selama 19 hari.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Selasa, 04 Februari 2020

Ratusan WNI Dari Wuhan JalaniKarantina Di Natuna

Ratusan WNI Dari Wuhan Jalani Karantina Di Natuna

 

Kementerian Kesehatan meminta semua pihak terkait untuk menyiapkan langkah antisipatif setelah ratusan WNI asal Provinsi Hubei, China, nanti kembali ke wilayahnya masing-masing setelah proses observasi berakhir dua pekan lagi.

Seorang pejabat Kemenkes menyatakan dia mengkhawatirkan kondisi psikologis lebih dari 240 orang WNI ketika mereka kembali ke lingkungan sekitar rumahnya, usai mengikuti proses observasi untuk pencegahan penyebaran Virus Corona di Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, selama dua pekan.

Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, mengatakan beberapa mahasiswa Indonesia yang sudah dievakuasi mengaku takut ditolak lingkungan sekitar rumah lantaran dianggap sebagai penyebar penyakit.

"Ada loh yang saat perjalanan mengatakan, 'Pak kami gimana setelah ini pulang, kami tidak dianggap sebagai orang yang berpotensi menyebar penyakit?' Ini kan sesuatu yang harus disikapi dengan benar," kata Achmad Yurianto kepada Quin Pasaribu untuk BBC News Indonesia, Minggu (02/02).

"Mereka bukan setumpuk daging dan tulang yang ada penyakitnya. Mereka manusia yang punya jiwa," ujarnya.

Kan nggak salah kalau tetangga salah persepsi terus dia pulang diusir piye?"

"Jadi bagi saya efek psikologis takut pulang dan tidak diterima lingkungan, itu bisa menimbulkan problem lagi."

BBC Indonesia sudah menghubungi sejumlah WNI yang sedang mengikuti proses observasi di Pulau Natuna, namun telepon seluler mereka dimatikan.

Sebanyak 238 warga negara Indonesia yang dievakuasi dari Provinsi Hubei, China, akan menjalan proses karantina selama 14 hari untuk memastikan tidak terjangkit virus corona ketika pulang ke daerah asal.

Selain para mahasiswa, ada lima orang tim aju dan 42 orang yang bertugas menjemput selama proses evakuasi di Wuhan, China, juga akan diobservasi.

Sumber: www.bbc.com